Sahabat media
Sering kita mendengar hadis Rasulullah Saw yang menyatakan bahwa; “Surga itu di
bawah telapak kaki ibu” yang seolah jika dipahami secara tekstual seperti
keindahan surga yang di dalamnya indah menglir sungai itu ada di bawah telapak kaki
seorang wanita yang melahirkan kita.
Hadis tersebut adalah kata
kiasan yang mengabarkan betapa kita wajib mentaati dan berbakti pada seorang
ibu, mendahulukan kepentingannya mengalahkan kepentingan pribadi hingga
diibaratkan letak diri kita bagaikan debu yang ada dibawah telapak kakinya bila
kita ingin meraih surga.
Nak, surga di bawah
telapak kaki Ibu”. Kalimat itu masih menjadi senjata andalan bagi banyak ibu,
terutama jika mendapati anaknya membantah, tidak menuruti perintah atau
keinginan sang ibu, atau bahkan berbuat aniaya terhadap ibu. Namun, sejumlah
alasan ini membuat kita sebagai ibu perlu meraba diri, apakah surga pantas
berada di bawah telapak kaki kita?
1.
Ibu yang tidak mengharapkan kehadiran anaknya
Ibu ini benci, sedih,
gelisah, frustasi, marah, menyesal atau bahkan mengutuk kehamilannya. Berbagai
alasan dijadikannya alasan untuk menolak kehamilan. Bahkan ada yang melakukan
segala macam cara untuk menghentikan kehamilan. Bagaimana mungkin sang anak
yang lahir nantinya dapat mengharap surga dari ibu yang tidak mengharap
kehadirannya?
2.
Ibu yang tidak menjaga kehamilannya
Bisa jadi ibu ini
menginginkan kehamilan, namun tidak mau tahu bagaimana menjaga kehamilannya.
Ibu ini tidak menggunakan 9 bulan kesempatan yang diberikan Allah padanya untuk
berkomunikasi dengan bayi yang dikandungnya. Tidak ada sentuhan tangan si ibu,
tidak ada suara bacaan al Quran. Tidak ada usaha untuk memperkenalkan dan
mendekatkan calon bayinya dengan Allah. Tidak ada sikap sayang atau perhatian
untuk menjaga kehamilan. Dengan kata lain ibu ini mengabaikan kesehatan dirinya
dan bayinya, baik kesehatan fisik maupun spiritualnya. Mungkin saja dengan
kemampuannya, ibu ini telah mempersiapkan seluruh perlengkapan terbaik untuk
menyambut sang bayi, namun ibu ini tidak mempersiapkan kebutuhan dasar bayinya.
Yakni kesehatan jiwa yang didapat dari ibadah kepada Allah dan kesehatan fisik
yang didapat dari gizi, nutrisi, pola makan, olahraga dan sebagainya. Bagaimana
anak bisa mengharap surga dari ibu yang tidak mengistimewakan kehadirannya?
3.
Ibu yang tidak memberi tauladan baik bagi anaknya
Sepanjang kehamilan hingga
bayinya lahir dan tumbuh besar, dari anak-anak sampai dewasa, ibunya banyak
berkata kotor, bergunjing, berbohong, mencela, menghina, memaki, mengumpat,
mengadu domba atau bahkan memfitnah, mencuri. Ibu ini lebih banyak berbuat hina
dan tercela daripada beribadah kepada Allah. Seluruh perbuatannya sepanjang
hidupnya yang bisa dilihat, didengar dan dirasakan anaknya (khususnya di masa
pertumbuhan sang anak) bagaikan telapak kaki yang membekas kuat di diri sang
anak. Bagaimana mungkin terdapat surga di bekas telapak kaki semacam ini?
4.
Ibu yang meninggalkan dan menelantarkan anaknya
Khususnya anak yang masih
dalam masa pertumbuhan. 5-7 tahun pertama kehidupan anak sangat membutuhkan
ibunya untuk mengajarkan padanya tentang bagaimana melayani dirinya,
mengajarkan kehidupan yang benar padanya. Dimasa itulah pembentukan karakter
dan kepribadiannya. Dimasa itulah pengetahuan (yang baik maupun yang buruk)
dapat melesat dengan sangat cepat dan melekat kuat di diri sang anak hingga
dewasa. Ibu yang melewati masa itu tidak bersama anak akan tidak mengenal kuat
anaknya, begitu pula anaknya tidak terlalu mengenal ibunya. Maka dapat
dibayangkan orang dewasa selain ibunya yang dekat dan sering bertemu dengannya,
pada orang itulah sang anak bercermin. Bila ibu menitipkan anaknya pada seorang
yang bertakwa pada Allah dan meyakini anaknya tinggal di lingkungan yang
Islami, dan ibu pergi dengan alasan yang syar’i, hal ini mungkin masih dapat
diterima. Namun sebaiknya, apapun alasannya, ibu yang bijak dan beriman tidak
akan tega meninggalkan anaknya dalam waktu lama di masa pertumbuhan ini.
5.
Ibu yang hanya mementingkan kepentingan duniawi sang anak
Ibu ini sibuk bekerja dan
mungkin juga berdoa agar anaknya tercukupi semua kebutuhan duniawinya, bahkan
kalau bisa sampai sang anak dewasa. Ibu berjuang keras agar anaknya punya
tabungan banyak, punya rumah, punya tanah, menyandang pakaian dan perhiasan
yang membanggakan sang ibu, mempunyai pekerjaan dengan penghasilan besar, mempunyai
jabatan tinggi, mempunyai pendamping hidup yang kaya. Seringkali ibu seperti
ini bahkan telah menyiapkan segala kebutuhan anaknya hingga dewasa sehingga
anak tidak mampu memecahkan masalahnya sendiri saat ia dewasa. Ia tidak tahu
bagaimana caranya survive dalam hidupnya sebab sepanjang hidupnya ibu telah
menyediakan segala sesuatunya. Ibu ini mungkin ahli ibadah, namun ia tidak
merasa perlu untuk membentuk anaknya ahli ibadah pula, tidak mempersiapkan sang
anak untuk kebahagiaan akhiratnya. Tidak pernah mengingatkan anaknya untuk
sholat dan ibadah lainnya. Ibu ini biasanya sudah cukup puas dengan anaknya
tidak berbuat buruk pada orang lain. Bagaimana anak bisa mengharap surga dari
ibu yang tidak pernah mengajarkan anaknya meraih tiket surga?
6.
Ibu yang keras terhadap anaknya, baik kekerasan verbal maupun fisik
Sepanjang hidup anak
(terlebih di masa pertumbuhannya), ibu ini banyak berkata dan bersikap kasar
pada anaknya. Ibu ini bahkan tidak segan memberikan kekerasan fisik pada
anaknya. Semua masalah diselesaikan dengan kekerasan dan hukuman. Tidak ada
perhatian dan kasih sayang. Tidak ada sikap lembut dan pengertian. Bagaimana
anak bisa mengenal surga jika sepanjang hidupnya disuguhi neraka.
Apakah ada dalam diri kita
satu kemiripan dengan contoh ibu tersebut? Betapa menyesalnya kita jika hadist
nabi “Surga di bawah telapak kaki ibu”, tidak berlaku bagi kita.
Sahabat medianda informasi
ini sengaja ditulis dengan sangat sederhana agar dapat dimengerti ibu dari
berbagai kalangan. Ibu, sungguh panggilan itu sangat berarti besar bagi seorang
perempuan. Tidak selayaknya kita menyepelekan panggilan ibu dari anak-anak
kita. Ibu sangat menentukan kebahagiaan dunia akhirat anaknya. Mari memperbaiki
diri kita. Agar kita layak dipanggil ibu, agar surga pantas ditempatkan di
bawah telapak kaki kita.
Semoga informasi diatas
bisa menjadi cerminan berharga untuk para ibu-ibu didunia. Dan Semoga anda
semua menjadi ibu yang pantas disebut surga ditelapak kaki ibu. Aamiin
[akspediaislam]