Pacaran Dengan Niat Menikah Diperbolehkan kah dalam Islam? Berikut Penjelasannya!!!

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du!


Ta’aruf dan pacaran jelas berbeda. Islam menganjurkan ta’aruf (perkenalan) dan mengharamkan pacaran (dalam Islam, tidak mengenal istilah pacaran, hanya mengenal ta’aruf). Dengan ta’aruf, kita meluruskan niat untuk menjemput jodoh kita dengan cara yang diridhoi Allah, dengan syarat taaruf sebaiknya baru dilakukan ketika kita siap dan tidak ada keraguan untuk menunda-nunda menikah.
Aktivitas ta’aruf menjaga batasan hubungan interaksi antara laki-laki dan perempuan, seperti menjaga pandangan, tidak berkhalwat (berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahromnya), tidak berpegangan tangan apalagi aktivitas yang lebih jauh dari itu.
Dalam proses taaruf sangat memuliakan dan menghormati kaum wanita begitu juga dengan kaum laki-laki agar lebih bisa menjaga nafsunya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: لا يخلون أحدكم بامرأة فإن الشيطان ثالثهما “Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan seorang wanita karena sesungguhnya syaitan menjadi orang ketiga diantara …
Sementara pacaran diartikan sebagai suatu jalinan cinta antara dua orang yang berbeda jenis dan bukan mahrom. Aktivitas pacaran tidak ada yang mengatur batasannya. Aktivitas pacaran yang sering kita jumpai saat ini adalah pasangan laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom berjalan berduaan, bertatapan tanpa menundukkan pandangan, bermesraan, pegangan tangan, bahkan aktivitas yang lebih jauh dari itu. Hal ini jelas merugikan kaum wanita, kehormatan wanita tidak lagi terjaga, begitu juga dengan kaum laki-laki, mereka juga dirugikan karena mereka akan sulit untuk mengendalikan nafsunya. Dalam pacaran, janji menikah hanyalah sekedar janji, belum dipastikan apakah dia akan menikah dengan kita atau tidak, karena pada dasarnya pacaran tujuannya berbeda. Tidak ada yang bertanggung jawab ketika hubungan putus ditengah jalan setelah pengorbanan diri telah banyak dilakukan, dan disitulah pada akhirnya tujuan menikah dipertanyakan. “katanya mau nikah kok putus, setelah begitu banyak pengorbanan perasaan, cinta, dan harga diri wanita dan pria” kalau tujuan memang menikah, tentunya tidak ada yang mengambang, begitupun kepastian menikah.  

Sedangkan ta’aruf sendiri jelas sekali dari awal, yaitu menikah (kalau ta’aruf gagal, yang tidak jadi masalah karena tujuannya jelas bukan untuk pacaran tapi menikah, dan prosesnyapun jelas). Bahkan unsur logis sangat diprioritasi diawal (tidak memprioritasin perasaan dulu). Kenapa harus logis, karena demi mendapatkan jodoh yang benar-benar kita inginkan dan Allah inginkan. Contohnya, seputar ibadahnya, visinya menikah, apa arti seorang suami ataupun istri bagi dia, apa arti seorang ayah dan ibu baginya, asal usul keluarganya, dan lainnya dimana ini akan mendukung kita terhadap siapa jodoh yang tepat bagi kita yang layak untuk jadi pendamping kita sampai ke surga nanti. Bayangkan saja ya, melamar kerja saja harus melewati serangkaian tes kelayakan, apalagi calon pendamping kita, tentu harus sangat sesuai dengan apa yang kita mau, Allah mau. 

Bayangkan kalau itu semua diawali dengan perasaan, tentu pertanyaan-pertanyaan yang penting bagi kita itu akan tertutupi. Kita akan terbuai oleh perasaan yang akan menutupi akal sehat kita dan akhirnya terjerumus dengan hal-hal yang tak diridhoi oleh Allah. Berkhalwat (berduan) saja tidak boleh, apalagi lebih.
Dan janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu adalah faahisah (perbuatan yang keji) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh oleh seseorang). [Al Israa`: 32].
Melalui penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa proses yang baik dan in sya Allah diridhoi Allah untuk menjemput jodoh kita hanyalah melalui taaruf bukan melalui pacaran, walaupun pacaran tersebut diniatkan untuk saling mengenal sebelum akhirnya menikah,

[arrahma.co.id]


Subscribe to receive free email updates: